Metro
Trienews.id – Wakil Ketua II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Metro menanggapi kabar soal penolakan pasien yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jenderal Ahmad Yani kota setempat. Legislator angkat bicara, minta pihak rumah sakit berbenah.
Berdasarkan informasi yang diterima diketahui sebelumnya beredar kabar seorang warga Kelurahan Hadimulyo Timur diduga mengalami penolakan, saat dia dan suami membawa anaknya ke RSUD Ahmad Yani, untuk memeriksakan kesehatan anaknya yang mengalami gangguan pernapasan.
Akan tetapi, dia mendapatkan pelayanan yang kurang baik dan diberitahukan bahwa bed pasien penuh. Sehingga akhirnya, pasien dibawa pindah ke rumah sakit lainnya, dengan harapan mendapat layanan kesehatan yang lebih baik.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Kota Metro, Ancilla Hernani menanggapi persoalan tersebut. Dia berharap masyarakat tetap tenang, fokus pada kondisi pasien dan berkenan memahami keterbatasan rumah sakit, terutama saat memang sedang penuh pasien.
“Untuk pihak rumah sakit juga, jadikan kejadian ini sebagai pelajaran. Lakukan evaluasi agar pelayanan bisa lebih baik. Karena untuk kejadian yang dirasakan oleh masyarakat ini, mungkin bukan yang pertama kali. Jadi, memang sudah ada beberapa kejadian lain juga yang jadi keluhan soal pelayanan. Saya harap, pihak rumah sakit bisa lebih bekerja dengan profesional,” kata Ancilla kepada, Kamis, 8/2/2024.
Wakil rakyat dari fraksi partai besutan Megawati Soekarnoputri itu, minta RSUD Ahmad Yani Kota Metro lakukan evaluasi internal, menemukan dan menempatkan pegawai yang tepat dan berkompeten, khusus untuk bagian pelayanan. Sebab, harus disadari bahwa layanan di rumah sakit adalah melayani masyarakat, yang mungkin saja dalam kondisi panik, karena keluarganya sedang sakit.
“Mungkin penempatan-penempatan karyawan di bagian front office yang tugasnya itu menerima dan melayani masyarakat, harus ditempatkan pegawai yang memahami job desk-nya dengan baik. Itu dipersiapkan, agar hal ini tidak terulang kembali. Contohnya, sepele mungkin ya, tapi ini penting sekai. Coba pilih pegawai yang wajahnya itu lebih murah senyum, maka akan timbul kesan yang baik dalam pelayanan. Itu bisa dilakukan, supaya tidak terjadi miskomunikasi kembali,” tuturnya.
“Pada saat menjelaskan kepada masyarakat, yang mungkin mereka dalam kondisi panik karena kerabat atau sanak saudaranya sedang sakit dan butuh penanganan. Ya namanya orang sakit kan butuh penanganan dan pelayanan yang cepat, butuh mendapatkan informasi yang cepat, nah ini yang sering saya kira menjadi miskomunikasi,” sambungnya.
Selain itu, lanjutnya, RSUD Ahmad Yani juga bisa menawarkan pelayanan lainnya, misalnya dengan menawarkan layanan untuk pindah ke rumah sakit lain, sebelum pasien yang memang sudah panik dari awal, menjadi semakin kesal karena situasi yang tidak tepat, akhirnya memutuskan pergi mencari tempat lain dengan kekecewaan atau malah amarah.
“Dari awal datang memang sudah panik, kebetulan misalnya ketemu pegawai yang menyebalkan, akhirnya kan tambah kesal. Bed penuh, akhirnya kebingungan. Nah, kondisi ini rentan sekali terjadi miskomunikasi atau malah jadi irisan,” bebernya.
“Saya sarankan, coba tawarkan alternatif lain, misalnya ketika kondisi rumah sakit memang sedang penuh, petugas bisa menawarkan untuk pindah ke rumah sakit lain, dan pihak rumah sakit bersedia menghubungi. Jadi, itu kan bisa membuat keluarga pasien tidak panik. Artinya, harusnya ada alternatif lain yang disampaikan oleh petugas di rumah sakit, yang bisa menenangkan keluarga pasien,” tandasnya.(*)