Jakarta
Trienews.com – (SMSI-Pusat) – Pandemi Covid 19 yang datang demikian mendadak, telah menjadi bencana non alam yang saat ini dihadapi oleh bangsa Indonesia. Bukan hanya jatuh korban jiwa, bencana ini juga berpotensi memicu krisis multidimensi apabila tidak ditangani dengan cepat, akurat dan komprehensif. Data resmi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyatakan bahwa hingga tanggal 19 Juli 2020 telah tercatat 86.521 penderita positif dan 4.143 korban meninggal, dengan trend pertambahan penderita yang masih cukup tinggi. Di sisi lain, penerapan pembatasan sosial berskala besar selama kurang lebih 3 bulan terakhir telah memukul perekonomian terutama di sektor riil, sehingga menekan pertumbuhan ekonomi hanya mampu mencatat 2,97% di kuartal I, dan diprediksi akan tertekan lebih dalam di kuartal II 2020. Secara sosial, kondisi keuangan perusahaan yang sulit, telah mendorong pada pilihan PHK yang diperkirakan mencapai lebih dari 3 juta karyawan. Angka ini telah meningkatkan angka pengangguran dan kemiskinan dalam jumlah yang signifikan.
Masa-masa sulit ini merupakan ujian besar bagi bangsa Indonesia. Walaupun terlihat berat, sesungguhnya tidak ada kesulitan yang besar apabila dihadapi secara bersama-sama dalam kekompakan dan semangat saling mendukung yang kuat. Dalam hal inilah, nasionalisme menjadi aset penting yang diharapkan mampu merekatkan bangsa ini dalam satu semangat bersama, bergandeng tangan menghadapi tantangan jaman. Kebulatan tekad sebagai satu bangsa akan melahirkan optimisme akan terwujudnya visi Indonesia emas 2045, pencapaian yang diidam-idamkan sebagai kado ulang tahun ke-100 bangsa Indonesia.
Namun demikian untuk membangun nasionalisme di tengah pandemi covid-19 tersebut tidaklah semudah membalik telapak tangan. Banyak sekali tantangan yang perlu dijawab, yaitu diantaranya; belum terbangunnya kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam menerapkan adaptasi kebiasaan baru, masih belum siapnya sektor kesehatan dalam menghadapi kondisi pandemi global yang demikian parah, dampak negatif kondisi pandemi terhadap ekonomi, serta berbagai kepentingan yang masih kuat tarik menarik. Seluruh hal tersebut membangun kompleksitas dialektis, yang perlu dibahas secara tuntas agar dapat menghadirkan sisi pandang baru dan memberikan rekomendasi langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan.
Untuk itulah Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LX Lemhannas RI menyelenggarakan sebuah seminar apik bertajuk “Nasionalisme Di Tengah Tantangan Pandemi Covid-19 Dalam Menyongsong Indonesia Emas”. Berbicara dalam seminar tersebut Prof. Ainun Na’im, Ph.D (Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), Ganjar Pranowo, S.H., M.I.P. (Gubernur Jawa Tengah), Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D. (Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM), Prof. Rhenald Kasali, Ph.D (Guru Besar Ilmu Manajemen UI), dan Alissa Wahid (Direktur Jaringan Gusdurian).
Program PPRA adalah suatu program pendidikan kepemimpinan tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Lemhannas RI sejak tahun 1965, bertujuan untuk mencetak kader-kader pimpinan tingkat nasional yang memiliki wawasan komprehensif integral dalam menyelesaikan permasalahan bangsa, serta memiliki pemahaman utuh dan komitmen yang bulat sebagai negarawan dalam bidangnya masing-masing. PPRA Angkatan LX berjumlah 100 orang terdiri dari unsur TNI/Polri, ASN dan Non ASN yang memulai pendidikan pada tanggal 21 Januari 2020 dan akan dikukuhkan kelulusannya pada tanggal 24 Juli 2020 mendatang. Demikianlah seminar ini diselenggarakan sebagai sumbangan pemikiran demi bangsa Indonesia yang maju menyongsong Indonesia Emas 2045.(***)